{getFeatured} $label={recent} $type={featured1}
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masjid Agung Jawa Tengah_operator piknik

Masjid Agung telah populer sebagai salah satu destinasi wisata religi yang laris dikunjungi masyarakat setempat maupun oleh para wisatawan yang berasal dari luar pulau Jawa. Masjid ini berlokasi di jalan Gajah Raya Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah
Anda bisa melihat bangunan masjid Agung yang berdiri kokoh dan terlihat sangat megah dengan luas lahan mencapai 10 hektar Luas bangunan induknya sekitar 7.669 m2 Gaya arsitektur yang dipadukan budaya Jawa Tengah dan arsitektur Yunani telah membuat masjid ini menjadi salah satu wisata populer yang memiliki daya tariknya tersendiri.

Pilar-pilar megah berjumlah 25 berbentuk koloseum semakin membuat masjid Agung layak dimasukkan ke dalam list kunjungan Anda.

Ibarat dua sisi mata uang, membicarakan Masjid Agung Jawa Tengah tak bisa lepas dari Masjid Agung Kauman Semarang. Mengapa? Ya, karena Masjid Agung Jawa Tengah ada karena Masjid Agung Kauman Semarang. Begini ceritanya.
Masjid Agung Kauman di Jalan Alon-alon Barat Kauman Semarang mempunyai tanah Banda Masjid seluas 119.1270 Ha yang dikelola oleh Badan Kesejahteraan Masjid (BKM), organisasi bentukan Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Departemen Agama

Dengan alasan tanah seluas 119, 1270 itu tidak produktif oleh BKM ditukar guling (ruislag) dengan tanah seluas 250 hektare di Kabupaten Demak lewat PT. Sambirejo. Dari PT Sambirejo kemudian berpindah kepada PT. Tens Indo Tjipto Siswojo Singkat cerita proses ruilslag itu tidak berjalan mulus, tanah di Demak itu ternyata ada yang sudah jadi laut, sungai, kuburan dan lain-lain Walhasil Tanah Banda Masjid Agung Kauman Semarang hilang, raib akibat dikelola oleh manusia-manusia jahat dan tidak amanah.
Lewat jalur hukum dari Pengadilan Negeri Semarang hingga Kasasi di Mahkamah Agung, Masjid Agung Kauman (BKM) selalu kalah Akhirnya sepakat dibentuk Tim Terpadu yang dimotori oleh Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda) Jawa Tengah / Kodam IV Diponegoro. Pada waktu itu Pangdam IV/ Diponegoro dijabat Mayjen TNI Mardiyanto (yang akhirnya menjadi Gubernur Provinsi Jawa Tengah dan Menteri Dalam Negeri). Tim ini awalnya dipimpin Kolonal Bambang Soediarto, kemudian dilanjutkan oleh Kolonel Art Slamet Prayitno. Kepala Badan Kesbanglinmas Provinsi Jawa Tengah pada waktu itu.

Pada Jumat Legi 17 Desember 1999, usai shalat Jumat di Masjid Agung Kauman, ribuan umat Islam bermaksud memberi pressure kepada Tjipto Siswojo agar menyerahkan tanah-tanah itu kembali kapada masjid. Mereka melakukan longmarch dari Masjid Agung Kauman menuju rumah Tjipto Siswojo di Jalan Branjangan 22-23, kawasan Kota Lama Semarang

Akhimys, melalui proses panjang yang berbelit-belit dan melelahkan, Tjipto Siswojo mau menyerahkan sertifikat tanah-tanah itu kepada masjid. Meskipun ketika dia menyerahkan, Tjipto mengaku bukan karena tekanan dari siapa pun, tetapi masyarakat sudah terlanjur meyakini Tjipto menyerahkan harta bendanya karena pressure masyarakat Jumat legi 17 Desember itu. Kemudian dibentuk Tim Terpadu dengan Ketua Kolonel Bambang Soediarto (dari Kodam IV/Diponegoro) dan Sekretaris Slamet Prayitno (Kepala Badan Kesbanglinmas Jawa Tengah).

Memang cukup sulit untuk menulis siapa yang paling berjasa dan berperan dalam proses mengembalikan bandha masjid yang hilang. Karena cukup banyak yang terlibat dan berperan melakukan tugasnya sesuai bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing. Semuanya berikhtiar bahu membahu bagaimana caranya mengembalikan bandha masjid yang bertahun-tahun hilang.

Post a Comment for "Masjid Agung Jawa Tengah_operator piknik"